Gelaran Pekan Olahraga Desa (Pordes) Sepak Bola Jatiroto 2025 baru saja usai, meninggalkan cerita manis sekaligus getir bagi Kesebelasan Cahaya Muda, Desa Cangkring, Kecamatan Jatiroto. Harapan untuk meraih juara pupus setelah kalah dalam drama adu penalti melawan Kelurahan Sanggrong. Namun, di balik kegagalan itu, ada sebuah kekuatan baru yang justru menjadi sorotan: Ultras Cangkring, kelompok suporter yang menjadi “roh semangat” bagi Cahaya Muda sepanjang turnamen.
Ultras Cangkring lahir pada tahun 2025, tepat menjelang dimulainya Pordes. Dipimpin oleh Bang Pri, kelompok ini langsung menarik perhatian dengan jumlah anggotanya yang mencapai 700-an orang. Meski baru berdiri, mereka hadir dengan kekompakan, kreativitas, dan inovasi yang membuat suasana pertandingan di Lapangan Suru Jatiroto jauh lebih meriah. Ciri khas mereka terlihat jelas dari seragam kebanggaan: kaos hitam dengan tulisan “Ultras”. Dengan genderang bass yang ditabuh tanpa henti, yel-yel yang menggema, hingga koreografi sederhana di tribun penonton, mereka memberikan atmosfer berbeda seolah-olah Lapangan Suru bukan lagi sekadar arena pertandingan, melainkan “rumah” tempat dukungan total untuk Cahaya Muda bergema.
“Ultras Cangkring ini luar biasa. Mereka membuat suasana jadi lebih hidup. Rasanya berbeda sekali ketika pemain Cahaya Muda turun ke lapangan dengan teriakan, nyanyian, dan tabuhan genderang mereka. Benar-benar memberi semangat lebih,” ujar Kus, official Cahaya Muda.
Kehadiran Ultras Cangkring bukan hanya soal dukungan vokal, tetapi juga simbol persatuan masyarakat. Hampir setiap warga Desa Cangkring merasa memiliki keterikatan dengan tim kebanggaan mereka. Dukungan kolektif itu tak hanya datang dari pemuda, tetapi juga dari orang tua dan anak-anak yang ikut larut dalam kemeriahan. Saat Cahaya Muda bermain, tribun penuh dengan warga berpakaian hitam, melambangkan kebersamaan yang kuat.
Bang Pri, sang pemimpin, menyebut Ultras Cangkring berdiri bukan sekadar untuk mendukung sepak bola, melainkan juga sebagai wadah kebersamaan bagi anak muda desa. “Kami ingin menunjukkan bahwa Cangkring punya semangat, punya kekompakan, dan bisa memberikan energi positif. Walaupun Cahaya Muda gagal juara, kami tetap bangga, karena perjuangan mereka luar biasa. Kami akan selalu ada di belakang mereka,” tegasnya dengan penuh semangat.
Puncak kebanggaan datang ketika panitia Pordes Jatiroto 2025 memberikan penghargaan khusus kepada Ultras Cangkring sebagai Suporter Terbaik. Gelar ini menjadi bukti nyata bahwa kehadiran mereka tidak hanya memberi warna di tribun, tetapi juga diakui karena kekompakan, kreativitas, dan sportivitas yang ditunjukkan sepanjang turnamen.
Meski perjalanan pertama Cahaya Muda di Pordes 2025 berakhir dengan kekecewaan, keberadaan Ultras Cangkring justru meninggalkan catatan manis. Mereka berhasil mencuri perhatian tidak hanya penonton, tetapi juga tim-tim lain. Atmosfer pertandingan Cahaya Muda terasa lebih bergairah berkat suporter setia ini.
Kini, masyarakat Desa Cangkring berharap kelompok ini tidak berhenti hanya pada ajang Pordes, melainkan terus berkembang menjadi identitas kebanggaan desa. Sebuah komunitas yang bukan hanya menyemangati di lapangan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kreativitas anak muda desa. Ultras Cangkring memang lahir dari semangat sepak bola, tetapi kehadirannya sudah menjadi lebih besar: sebuah energi kebersamaan yang akan terus bergema dari Desa Cangkring untuk Jatiroto, bahkan lebih luas lagi. RSy