Polemik pengunduran diri 35 ketua RT dan RW di Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, yang sempat memanas akhirnya menemui titik terang. Permasalahan ini berawal dari ketidakpuasan para ketua RT dan RW terhadap insentif yang nominalnya berkurang. Hal ini kemudian dibahas dengan Kepala Desa Jatisari, Teguh Subroto, yang awalnya sepakat untuk merekayasa pengunduran diri secara formal. Namun, situasi berubah saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang menghadirkan Camat Jatisrono. Dalam acara tersebut, para ketua RT dan RW merasa dipermalukan karena pernyataan Kades dianggap berbalik jauh berbeda dari kesepakatan awal. Perasaan kecewa ini memuncak hingga 31 ketua RT dan 4 ketua RW menyatakan mundur secara serentak.
Namun, konflik ini mencapai penyelesaian pada Rabu (22/1/2025), ketika para ketua RT dan RW bertemu dengan Kades, Teguh Subroto. Dalam pertemuan itu, Teguh menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada para ketua RT dan RW. “Alhamdulillah, permasalahan antara kami dengan Pak Kades sudah klir,” ungkap Purwanto, Ketua RT 06 RW 03 Dusun Tanduran, pada Kamis (23/1/2025). Pada kesempatan tersebut, Teguh juga menanyakan kesediaan para ketua RT dan RW untuk tetap melanjutkan tugas mereka. Hasilnya, seluruh ketua RT dan RW memutuskan untuk tetap menjalankan tanggung jawab masing-masing. Malamnya, dilakukan pengukuhan ulang terhadap para ketua RT, RW, lembaga desa, dan karang taruna.
Sebelum pengukuhan, pihak desa meminta para ketua RT dan RW menandatangani pakta integritas sebagai bentuk komitmen mereka. Meskipun sempat dipertanyakan, para ketua RT dan RW akhirnya menyetujuinya. “Yang penting nanti tidak disalahgunakan,” ujar Purwanto. Joko Sulistyo, salah satu ketua RT, menyatakan bahwa permohonan maaf Kades semula diminta dilakukan di tempat netral. Namun, pihaknya menerima penyelesaian di balai desa sebagai bentuk kompromi. “Yang penting permasalahan sudah selesai,” ujarnya.
Dilansir dari Radar Solo, Teguh Subroto menegaskan bahwa pengukuhan ulang dilakukan untuk memastikan sinergi kelembagaan di desa tetap berjalan. Ia juga menyampaikan permohonan maaf secara pribadi atas kesalahpahaman yang terjadi. “Berbeda pendapat itu wajar. Kalau saya ada kekhilafan, saya juga minta maaf,” katanya. Selama polemik berlangsung, pelayanan masyarakat di Desa Jatisari disebut tetap berjalan tanpa hambatan. Teguh memastikan bahwa ia menjalankan kewajiban sebagai kades sesuai aturan yang berlaku. Dengan selesainya polemik ini, suasana di Desa Jatisari diharapkan kembali kondusif. RSy